Ada banyak letusan gunung berapi aktif di Indonesia yang mengancam, salah satunya adalah Gunung Agung meletus 2018. Bahkan bisa dibilang kalau letusan gunung setinggi 3.031 meter ini memiliki dampak yang luar biasa suram ke pariwisata Indonesia. Seperti yang diketahui, gunung yang terletak di kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem ini merupakan gunung tertinggi di Bali, pulau tujuan wisata nomor satu di Nusantara.
Dibandingkan gunung api lainnya, erupsi gunung api bertipe Stratovolcano ini memang seolah tak kunjung usai. Untuk tahun 2018, kronologi letusan Gunung Agung dimulai pada 11 April 2018 pukul 09.04 WITA saat menyemburkan abu vulkanik setinggi 500 meter. Cukup mengejutkan karena sudah sebulan lamanya, PVMBG menurunkan status Gunung Agung dari level IV (Awas) ke level III (Siaga) pada 10 Maret 2018.
Dua bulan lamanya ‘istirahat’, gunung yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu di Bali ini kembali menyemburkan asap pada 28 Juni 2018 pukul 10.30 WITA hingga dini hari. Semburan terus-menerus ini sampai membuat Bandara Internasional Ngurah Rai, Bandara Banyuwangi dan Bandara Jember ditutup selama 16 jam (03.00 WITA – 19.00 WITA). Lalu pada 2 Juli 2018 pukul 21.04 WITA, Gunung Agung memuntahkan lahar sejauh 2 kilometer.
Erupsi bertipe Strombolian dengan suara dentuman ini pun menjadi puncak erupsi Gunung Agung tahun 2018. PVMBG melaporkan jika tinggi kolom abu hingga 3 Juli 2018 pukul 04.13 WITA itu mencapai 2.000 meter berwarna kelabu. Hal ini akhirnya membuat status Gunung Agung bertahan di level 3 dengan radius bahaya 4 kilo dari kawah. Jika dibandingkan, letusan tahun 2018 ini memang lebih ‘jinak’ daripada rangkaian erupsi tahun 2017.
Pada 22 September 2017, Gunung Agung mencapai status tertinggi yakni Awas. Lalu pada 21 November 2017 pukul 17.05 WITA, Gunung Agung menyemburkan kolom abu vulkanik setinggi 3.842 meter yang membuat lebih dari 29 ribu orang mengungsi. Puncaknya pada 25 November 2017, letusan magmatik dahsyat setinggi 1.500 – 4.000 meter muncul di kawah puncak Gunung Agung yang sampai membuat banyak penerbangan internasional dibatalkan.
Jika bicara mengenai penyebab Gunung Agung meletus 2018, memang karena aktivitas di dalam perut gunung yang sangat tinggi. Bahkan pakar Vulkanologi yakni Surono sempat menyebut kalau karakter letusan Gunung Agung bisa lebih besar dari musibah dahsyat erupsi gunung Merapi tahun 2010 silam. Setidaknya 150 juta meter kubik material vulkanik bisa dimuntahkan Gunung Agung.
Kalau melihat sejarah letusan Gunung Agung, erupsi pertama pada 1808. Gunung Agung kembali erupsi pada 1821 yang tidak sebesar 1808. Kemudian berlanjut pada 1843 yang diawali dengan gempa bumi. Gunung Agung ‘tertidur’ 120 tahun dan meletus dahsyat pada 18 Februari 1963. Letusan ini melontarkan abu panas dan gas setinggi hampir 20 ribu meter yang membuat sinar matahari berkurang serta suhu udara di lapisan stratosfer bumi turun 6 °C.
Belum selesai, Gunung Agung kembali meletus pada 24 Februari 1963 dan mengeluarkan lahar terus-menerus selama 20 hari hingga sejauh 7 km. Letusan berlanjut pada 17 Maret 1963 dan 17 Mei 1963 dengan total kematian 1.148 jiwa. Letusan tahun 1963 ini sempat ditakutkan kembali terjadi dalam peristiwa Gunung Agung meletus 2018. Di mana letusan 2018 ini sudah dipicu sejak 2017, mirip dengan letusan periode 1963-1964 silam.
Bisa dibilang jika meletusnya Gunung Agung sepanjang 2017-2018 begitu berdampak ke perekonomian Bali. Karena sejauh ini 70% perekonomian pulau Dewasa berasal dari sektor pariwisata. Di mana erupsi berbulan-bulan Gunung Agung membuat banyak negara memberlakukan larangan kunjungan wisata ke Bali sekaligus pembatalan terbang karena dampak abu vulkanik ke pesawat.
Pada awal Januari 2018, Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan jika kerugian wisata di Bali selama 40 hari efektif meletusnya Gunung Agung mencapai Rp 9 triliun. Seolah tidak berhenti, Gunung Agung kembali erupsi pada 4 April 2019 pukul 01.31 WITA dengan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter di puncak. Hal ini jelas membuat pelaku ekonomi di Bali wajib berbenah supaya dampak gunung Agung meletus 2018 tidak berlarut.